25 Agustus, 2009

Jati Diri Islam

SELALU BERSAMA KITA

Suatu ketika Abdullah bin Umar bersama Abdurrahman berada di padang pasir terik menuju kota Makkah, mereka tampak kelelahan dan kehausan. Abdullah bin Umar berkata, “Alangkah besarnya kebutuhan kita pada seteguk air untuk penawar dahaga kita yang hebat ini, demi Allah aku tak sanggup lagi menahan rasa haus. Sambil berjalan mereka berbicara saling menasehati.
Tiba-tiba mereka diam dan tertegun melihat benda hitam di tengah padang pasir, ternyata gerombolan hitam itu adalah gembalaan kambing dan seorang pengembala yang tengah tidur. Pengembala terbangun daan mempersilahkan tamunya untuk duduk ditempat teduh, diperahnya susu kambing dan diberikan baskom kepada mereka berdua.
“ Silahkan minum air susu ini, mudah-mudahan mengurangi rasa letih tuan-tuan.”. Abdullah dan Abdurrahman minum dan bersyukur atas karunia Allah. Mereka mengucapkan terima kasih.

Diberikannya sisa susu untuk diminum oleh sang penggembala. Ternyata pengembala itu tengah berpuasa di tengah hari yang panas setelah didesak terus mengapa ia tidak mau minum susu.
Mereka berdua semakin heran dengan sikap si penggembala yg aneh sehingga ingin mengujinya.

Penggembala tampak kebingungan saat mereka minta makan sementara ia tidak punya makanan. Kebingungan bertambah ketika mereka meminta seekor kambing untuk dimakan bersama. “Kalau kau merasa berat untuk melakukannya aku siap membantumu”, pinta Abdullah bin Umar.

Kambing-kambing itu bukan milikku, saya hanyalah seorang budak. Majikanku hanya memberi ijin untuk memberi minum muafir tetapi belum mengijinkan saya untuk memotong kambingnya, Rumah majianku berada sejauh perjalanan 3 malam”, menjawab pertanyaan Abdullah. Abdullah bin Umar dan Abdurrahman penasaran dengan sikap yang ditunjukkan budak mulia itu.

Abdullah menawar agar kambingnya dijual dan mau memberikan harganya tapi ditolak dengan ucapan “Bagaimana kalau majikanku tidak menerima harga itu?” Pertanyaan mengalir dari Abdullah “Bukannya majikanmu tidak melihat, katakan kambingmu dimakan serigala!”

“ Kalaulah demikian dimana Allah..? Dimana Allah?” jawab sang penggembala.

Dari kisah diatas budak penggembala tersebut telah memperlihatkan jati diri Islam dalam seluruh aspeknya. Dia merasa diawasi oleh Allah SWT dalam seluruh gerak langkah hidupnya. Ia tidak mau berbuat yang dilarang-Nya. Ia tidak mau menghianati majikannya. Ia telah memahami ma’iyatullah bahwa ia sadar Allah selalu bersama dan memperhatikannya.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

  ©Template by Dicas Blogger.

TOPO